Senin, 29 Maret 2010

strategi pembelajaran inkuiri

STUDENT AND PROCESS ORIENTED dengan menggunakan konsep :

1. Strategi Pembelajaran EKSPOSITORI (SPE) :
Strategi ekspositori adalah strategi pembelajaran dimulai dengan penyajian informasi berupa prinsip-prinsip umum, aksioma, dalil, dsb melalui penjelasan atau demonstrasi. Kemudian disusul dengan pengujian terhadap pemahaman atas informasi yang sudah diberikan. Setelah itu diberikan kesempatan untuk mempraktikkan atau menerapkan prinsip-prinsip umum tersebut ke dalam contoh-contoh dan kasus-kasus tertentu, dan terakhir adalah pemberian kesempatan untuk penerapan terhadap informasi yang baru dipelajari itu ke dalam situasi atau masalah nyata. Strategi ini menitikberatkan pada pendekatan deduktif (dari umum ke khusus).
Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi ekspositori adalah sebagai berikut.
1) Preparasi, guru menyiapkan bahan/materi pembelajaran
2) Apersepsi diperlukan untuk penyegaran
3) Presentasi (penyajian) materi pembelajaran Resitasi, pengulangan pada bagian yang menjadi kata kunci kompetensi atau materi pembelajaran

2. Strategi Pembelajaran INKUIRI (SPI)
Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Joyce (Gulo, 2005) mengemukakan kondisi- kondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa, yaitu : (1) aspek sosial di dalam kelas dan suasana bebas-terbuka dan permisif yang mengundang siswa berdiskusi; (2) berfokus pada hipotesis yang perlu diuji kebenarannya; dan (3) penggunaan fakta sebagai evidensi dan di dalam proses pembelajaran dibicarakan validitas dan reliabilitas tentang fakta, sebagaimana lazimnya dalam pengujian hipotesis,
Proses inkuiri dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Merumuskan masalah; kemampuan yang dituntut adalah : (a) kesadaran terhadap masalah; (b) melihat pentingnya masalah dan (c) merumuskan masalah.
2. Mengembangkan hipotesis; kemampuan yang dituntut dalam mengembangkan hipotesis ini adalah : (a) menguji dan menggolongkan data yang dapat diperoleh; (b) melihat dan merumuskan hubungan yang ada secara logis; dan merumuskan hipotesis.
3. Menguji jawaban tentatif; kemampuan yang dituntut adalah : (a) merakit peristiwa, terdiri dari : mengidentifikasi peristiwa yang dibutuhkan, mengumpulkan data, dan mengevaluasi data; (b) menyusun data, terdiri dari : mentranslasikan data, menginterpretasikan data dan mengkasifikasikan data.; (c) analisis data, terdiri dari : melihat hubungan, mencatat persamaan dan perbedaan, dan mengidentifikasikan trend, sekuensi, dan keteraturan.
4. Menarik kesimpulan; kemampuan yang dituntut adalah: (a) mencari pola dan makna hubungan; dan (b) merumuskan kesimpulan
5. Menerapkan kesimpulan dan generalisasi
Guru dalam mengembangkan sikap inkuiri di kelas mempunyai peranan sebagai konselor, konsultan, teman yang kritis dan fasilitator. Ia harus dapat membimbing dan merefleksikan pengalaman kelompok, serta memberi kemudahan bagi kerja kelompok.

3. Strategi pembebelajaran Berbasis Masalah (SPBM/PBL)
Pembelajaran berbasis masalah (Probelem-based learning), selanjutnya disingkat PBL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah (Ward, 2002; Stepien, dkk.,1993). Lebih lanjut Boud dan felleti, (1997), Fogarty (1997) menyatakan bahwa PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada pebelajar (siswa/mahasiswa) dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau open ended melalui stimulus dalam belajar. PBL memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: (1) belajar dimulai dengan suatu masalah, (2) memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa/mahasiswa, (3) mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar disiplin ilmu, (4) memberikan tanggung jawab yang besar kepada pebelajar dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri, (5) menggunakan kelompok kecil, dan (6) menuntut pebelajar untuk mendemontrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja. Berdasarkan uraian tersebut tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model PBL dimulai oleh adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa atau guru), kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar.
Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, disamping pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi, dan membuat laporan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa model PBL dapat memberikan pengalaman yang kaya kepada siswa. Dengan kata lain, penggunaan PBL dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam kondisi nyata pada kehidupan sehari-hari.

4. Startegi pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)
Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir peserta didik[1]. Dalam SPPKB, materi pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada peserta didik. Akan tetapi, peserta didik dibimbing untuk menemukan sendiri melalui proses dialog dengan memanfaatkan pengalaman peserta didik. SPPKB adalah model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir, dimana tujuan yang ingin dicapai dengan SPPKB adalah peserta didik bukan sekedar menguasai materi pelajaran, tetapi bagaimana mengembangkan gagasan dan ide melalui bahasa verbal. SPPKB bukan model pembelajaran yang hanya menuntut peserta didik sekadar mendengar dan mencatat, tetapi menghendaki aktivitas peserta didik dalam proses berpikir.
Sebagai strategi pembelajaran yang diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, SPPKB memiliki tiga karakteristik sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran SPPKB menekankan pada prsoes mental peserta didik secara maksimal. SPPKB bukan model pembelajaran yang hanya menuntut peserta didik untuk sekedar mendengar dan mencatat tetapi menghendaki aktivitas peserta didik dalam proses berpikir.
2. SPPKB dibangun dalam nuansa dialogis dan proses tanya jawab secara terus-menerus.
3. SPPKB adalah model pembelajaran yang menyandarkan kepada dua sisi yang sama pentingnya, yaitu proses dan hasil belajar. Proses belajar diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir, sedangkan sisi hasil belajar diarahkan untuk mengkontruksi pengetahuan.

5. Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)
Pembelajaran koperatif merujuk kepada kaedah pengajaran yang memerlukan murid dari pelbagai kebolehan bekerjasama dalam kumpulan kecil untuk mencapai satu matlamat yang sama (Slavin, 1982). Sasaran adalah tahap pembelajaran yang maksimum bukan sahaja untuk diri sendiri, tetapi juga untuk rakan-rakan yang lain. Lima unsur asas dalam pembelajaran koperatif adalah: saling bergantung antara satu sama lain secara positif, saling berinteraksi secara bersemuka, akauntabiliti individu atas pembelajaran diri sendiri, kemahiran koperatif, dan pemprosesan kumpulan. Ganjaran diberi kepada individu dan kumpulan dalam pelaksanaan kaedah ini. Individu dalam kumpulan dikehendaki menunjukkan kefahaman masing-masing dan memainkan peranan berbeza bergilir-gilir. Kemahiran sosial dan pemprosesan kumpulan digalakkan.
Beberapa cara pembelajaran koperatif telah diperkembangkan oleh tokoh-tokoh pendidikan, misalnya Jigsaw, TGT (teams-games-tournaments), STAD (Students Teams- Achievement Division), Belajar Bersama (Learning together), Permainan Panggil Nombor (Numbered Heads), dan Meja Bulat (Round Table). Pengajaran sebaya memainkan peranan yang sangat penting menurut cara Jigsaw. Dalam cara ini, pembahagian tuigas diagihkan di kalangan murid dalam kumpulan pelbagai kebolehan. Bahan pembelajaran dipecahkan kepada topik-topik kecil. Setiap murid diagihkan tugas untuk mempelajari satu topik kecil. Setelah menguasai topik kecil sendiri, murid akan mengajar rakan-rakan lain dalam kumpulannya sehingga semua ahli kumpulan menguasai semua topik kecil itu. Selepas itu satu aktiviti dijalankan untuk menguji sama semua ahli kumpulan berjaya memahami dan menyempurnakan tugasan yang diberi. Jigsaw merupakan cara pengajaran berpusatkan murid. Kemungkinan besar bahan baru dapat dikaitkan dengan pengetahuan sedia ada dan membantu penstrukturan semula idea.
Pembelajaran koperatif menggalakkan murid berinteraksi secara aktif dan positif dalam kumpulan. Ini membolehkan perkongsian idea dan pemeriksaan idea sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah konstruktivisme.

6. Strategi Pembelajaran Konteksual (CTL)
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning) atau biasa disingkat CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran kontekstual, tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hapalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar.
Dengan mengutip pemikiran Zahorik, E. Mulyasa (2003) mengemukakan lima elemen yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual, yaitu :
1. Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik
2. Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagiannya secara khusus (dari umum ke khusus)
3. Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara: (a) menyusun konsep sementara; (b) melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari orang lain; dan (c) merevisi dan mengembangkan konsep.
4. Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktekan secara langsung apa-apa yang dipelajari.
5. Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang dipelajari.

7. Strategi Pembelajaran Afektif (SPA)
Secara konseptual maupun emprik, diyakini bahwa aspek afektif memegang peranan yang sangat penting terhadap tingkat kesuksesan seseorang dalam bekerja maupun kehidupan secara keseluruhan. Meski demikian, pembelajaran afektif justru lebih banyak dilakukan dan dikembangkan di luar kurikulum formal sekolah. Salah satunya yang sangat populer adalah model pelatihan kepemimpinan ESQ ala Ari Ginanjar.
Pembelajaran afektif berbeda dengan pembelajaran intelektual dan keterampilan, karena segi afektif sangat bersifat subjektif, lebih mudah berubah, dan tidak ada materi khusus yang harus dipelajari. Hal-hal diatas menuntut penggunaan metode mengajar dan evaluasi hasil belajar yang berbeda dari mengajar segi kognitif dan keterampilan. Ada beberapa model pemebelajaran afektif. Merujuk pada pemikiran Nana Syaodih Sukmadinata (2005) akan dikemukakan beberapa model pembelajaran afektif yang populer dan banyak digunakan.
1. Model Konsiderasi
Manusia seringkali bersifat egoistis, lebih memperhatikan, mementingkan, dan sibuk dan sibuk mengurusi dirinya sendiri. Melalui penggunaan model konsiderasi (consideration model) siswa didorong untuk lebih peduli, lebih memperhatikan orang lain, sehingga mereka dapat bergaul, bekerja sama, dan hidup secara harmonis dengan orang lain.
Langkah-langkah pembelajaran konsiderasi: (1) menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung konsiderasi, (2) meminta siswa menganalisis situasi untuk menemukan isyarat-isyarat yang tersembunyi berkenaan dengan perasaan, kebutuhan dan kepentingan orang lain, (3) siswa menuliskan responsnya masing-masing, (4) siswa menganalisis respons siswa lain, (5) mengajak siswa melihat konsekuesi dari tiap tindakannya, (6) meminta siswa untuk menentukan pilihannya sendiri.
2. Model pembentukan rasional
Dalam kehidupannya, orang berpegang pada nilai-nilai sebagai standar bagi segala aktivitasnya. Nilai-nilai ini ada yang tersembunyi, dan ada pula yang dapat dinyatakan secara eksplisit. Nilai juga bersifat multidimensional, ada yang relatif dan ada yang absolut. Model pembentukan rasional (rational building model) bertujuan mengembangkan kematangan pemikiran tentang nilai-nilai.
Langkah-langkah pembelajaran rasional: (1) menigidentifikasi situasi dimana ada ketidakserasian atu penyimpangan tindakan, (2) menghimpun informasi tambahan, (3) menganalisis situasi dengan berpegang pada norma, prinsip atu ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam masyarakat, (4) mencari alternatif tindakan dengan memikirkan akibat-akibatnya, (5) mengambil keputusan dengan berpegang pada prinsip atau ketentuen-ketentuan legal dalam masyarakat.
3. Klarifikasi nilai
Setiap orang memiliki sejumlah nilai, baik yang jelas atau terselubung, disadari atau tidak. Klarifikasi nilai (value clarification model) merupakan pendekatan mengajar dengan menggunakan pertanyaan atau proses menilai (valuing process) dan membantu siswa menguasai keterampilan menilai dalam bidang kehidupan yang kaya nilai. Penggunaan model ini bertujuan, agar para siwa menyadari nilai-nilai yang mereka miliki, memunculkan dan merefleksikannya, sehingga para siswa memiliki keterampilan proses menilai.
Langkah-langkah pembelajaran klasifikasi nilai: (1) pemilihan: para siswa mengadakan pemilihan tindakan secara bebas, dari sejumlah alternatif tindakan mempertimbangkan kebaikan dan akibat-akibatnya, (2) mengharagai pemilihan: siswa menghargai pilihannya serta memperkuat-mempertegas pilihannya, (3) berbuat: siswa melakukan perbuatan yang berkaitan dengan pilihannya, mengulanginya pada hal lainnya.
4. Pengembangan moral kognitif
Perkembangan moral manusia berlangsung melalui restrukturalisasi atau reorganisasi kognitif, yang yang berlangsung secara berangsur melalui tahap pra-konvensi, konvensi dan pasca konvensi. Model ini bertujuan membantu siswa mengembangkan kemampauan mempertimbangkan nilai moral secara kognitif.
Langkah-langkah pembelajaran moral kognitif: (1) menghadapkan siswa pada suatu situasi yang mengandung dilema moral atau pertentangan nilai, (2) siswa diminta memilih salah satu tindakan yang mengandung nilai moral tertentu, (3) siswa diminta mendiskusikan/ menganalisis kebaikan dan kejelekannya, (4) siswa didorong untuk mencari tindakan-tindakan yang lebih baik, (5) siswa menerapkan tindakan dalam segi lain.
5. Model nondirektif
Para siswa memiliki potensi dan kemampuan untuk berkembang sendiri. Perkembangan pribadi yang utuh berlangsung dalam suasana permisif dan kondusif. Guru hendaknya menghargai potensi dan kemampuan siswa dan berperan sebagai fasilitator/konselor dalam pengembangan kepribadian siswa. Penggunaan model ini bertujuan membantu siswa mengaktualisasikan dirinya.
Langkah-langkah pembelajaran nondirekif: (1) menciptakan sesuatu yang permisif melalui ekspresi bebas, (2) pengungkapan siswa mengemukakan perasaan, pemikiran dan masalah-masalah yang dihadapinya,guru menerima dan memberikan klarifikasi, (3) pengembangan pemahaman (insight), siswa mendiskusikan masalah, guru memberrikan dorongan, (4) perencanaan dan penentuan keputusan, siswa merencanakan dan menentukan keputusan, guru memberikan klarifikasi, (5) integrasi, siswa memperoleh pemahaman lebih luas dan mengembangkan kegiatan-kegiatan positif.

manusia sebagai makhluk biologis

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BIOLOGIS DAN FSIKOLOGIS
A.PENDAHULUAN
Dalam pandangan Islam, manusia merupakan ‘entity yang unik. Keunikannya terletak pada wujudnya yang multi-dimensi, bahkan awal penciptaannya didialogkan langsung oleh Allah SWT degan para malaikat sehingga jadilah manusia makhluk Allah yang paling mulia dan sempurna. Karena kesempurnaan dan kemuliaannya Allah memberikan keistimewaan-keistimewaan yang menyebabkan manusia berhak mengungguli makhluk lainnya. Di antara keistimewaan- keistimewaannya adalah diangkatnya manusia sebagai khalifah di bumi. Manusia merupakan makhluk berpikir yang menggunakan bahasa sebagai medianya; manusia merupakan makhluk tiga dimensi seperti segitiga sama kaki, yang kaki-kakinya terdiri dari tubuh, akal, dan ruh; manusia mempunyai motivasi dan kebutuhan,manusia juga mempunyai keluwesan sifat yang selalu berubah melalui interaksi pendidikan .
Mencermati uraian di atas, wacana untuk menjadikan pendidikan yang lebih manusiawi semakin marak—dengan memperhatikan sifat, kebutuhan, dan potensi dasar manusia—, maka pemahaman tentang hal ihwal manusia menjadi sangat penting. Oleh karena itu, setiap rumusan pendidikan berawal dari konsep dasar manusia dalam berbagai dimensinya, yang merupakan refleksi dari pemikiran-pemikiran dinamis atau kenyataan-kenyataan empirik. Antara konsep dasar pendidikan dan konsep dasar manusia terdapat hubungan yang erat. Tanpa berorientasi pada manusia sebagai acuan dasarnya, rumusan-rumusan teoretis pendidikan akan mengalami stagnasi dan tidak berdaya dalam mengantisipasi perubahan. Praktik-praktik kependidikan tidak pelak lagi akan mengalami kegagalan, kecuali bila dibangun diatas konsep yang jelas mengenai sifat dasar manusia.
Begitu urgennya pemahaman tentang manusia dalam pendidikan sehingga at-Toumy dalam bukunya Falsafah Pendidikan Islam mengungkapkan bahwa penentuan sikap dan tanggapan tentang insan merupakan hal yang amat penting. Sebab insan merupakan unsur terpenting dalam 2 tiap usaha mendidik. Tanpa tanggapan dan sikap yang jelas tentang insan, pendidikan akan meraba- raba .
Manusia dalam dunia pendidikan,menempati posisi sentral (central position),karena manusia di samping dipandang sebagai subjek sekaligus juga objek pendidikan . Sebagai subjek manusia menentukan corak dan arah pendidikan,sedangkan sebagai objek,manusia menjadi focus perhatian segala aktivitas pendidikan .
Berdasarkan beberapa uraian di atas, makalah sederhana ini akan mencoba mengeksplorasi tentang hakikat manusia dalam pendidikan Islam yang pembahasannya meliputi; pandangan Nabi tentang manusia sebagai makhluk biologis dan fsikologis.

B. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BIOLOGIS DAN FSIKOLOGIS
عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ : إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ. فَوَ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا
[رواه البخاري ومسلم]
Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radiallahuanhu beliau berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan : Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara : menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya. Demi Allah yang tidak ada Ilah selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli surga maka masuklah dia ke dalam surga. (Riwayat Bukhori dan Muslim)
Al Bukhori meriwayatkan hadis tersebut dengan kalimat berikut:
حدثنا أبو الوليد هشام بن عبد الملك: حدثنا شعبة: أنبأني سليمان الأعمش قال: سمعت زيد بن وهب، عن عبد الله قال:
حدثنا رسول الله صلى الله عليه وسلم، وهو الصادق المصدوق، قال: (إن أحدكم يجمع في بطن أمه أربعين يوماً، ثم علقة مثل ذلك، ثم يكون مضغة مثل ذلك، ثم يبعث الله ملكاً فيؤمر بأربعة: برزقه وأجله، وشقي أو سعيد، فوالله إن أحدكم – أو: الرجل – يعمل بعمل أهل النار، حتى ما يكون بينه وبينها غير باع أو ذراع، فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل الجنة فيدخلها، وإن الرجل ليعمل بعمل أهل الجنة، حتى ما يكون بينه وبينها غير ذراع أو ذراعين، فيسبق عليه الكتاب، فيعمل بعمل أهل النار فيدخلها).
قال آدم: (إلا ذراع).

Dalam Kitab Muslim, hadis tersebut menggunakan redaksi di bawah ini :
حدثنا أبو بكر بن أبي شيبة. حدثنا أبو معاوية ووكيع. ح وحدثنا محمد بن عبدالله بن نمير الهمداني (واللفظ له). حدثنا أبي وأبو معاوية ووكيع. قالوا: حدثنا الأعمش عن زيد بن وهب، عن عبدالله قال:
حدثنا رسول الله صلى الله عليه وسلم، وهو الصادق المصدوق “إن أحدكم يجمع خلقه في بطن أمه أربعين يوما. ثم يكون في ذلك علقة مثل ذلك. ثم يكون في ذلك مضغة مثل ذلك. ثم يرسل الملك فينفخ فيه الروح. ويؤمر بأربع كلمات: بكتب رزقه، وأجله، وعمله، وشقي أو سعيد. فوالذي لا إله غيره! إن أحدكم ليعمل بعمل أهل الجنة حتى ما يكون بينه وبينها إلا ذراع. فيسبق عليه الكتاب. فيعمل بعمل أهل النار. فيدخلها. وإن أحدكم ليعمل بعمل أهل النار. حتى ما يكون بينه وبينها إلا ذراع. فيسبق عليه الكتاب. فيعمل بعمل أهل الجنة. فيدخلها”.
Hadis senada diriwayatkan pula oleh Imam Abu Daud
حدثنا حفص بن عمر النمري، ثنا شعبة، ح وثنا محمد بن كثير، أخبرنا سفيان، المعنى واحد، والإِخبار في حديث سفيان، عن الأعمش قال: ثنا زيد بن وهب، ثنا عبد اللّه بن مسعود قال:
حدثنا رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم وهو الصادق المصدوق: “إنَّ خلق أحدكم يجمع في بطن أمِّه أربعين يوماً، ثمَّ يكون علقةً مثل ذلك، ثم يكون مضغةً مثل ذلك، ثم يبعث اللّه إليه ملكاً ويؤمر بأربع كلماتٍ فيكتب رزقه وأجله وعمله ثمَّ يكتب شقيٌّ أو سعيدٌ، ثم ينفخ فيه الروح، فإِن أحدكم ليعمل بعمل أهل الجنة حتى ما يكون بينه وبينها إلا ذراعٌ، أو قيدٌ ذراعٍ، فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل النار فيدخلها، وإن أحدكم ليعمل بعمل أهل النار حتى ما يكون بينه وبينها إلا ذراعٌ، أو قيد ذراع، فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل الجنة فيدخلها”.

Imam Tirmidzi meriwayatkan dengan matan :
حدثنا هنادٌ أخبرنا أبو معاوية عن الأعمش عن زيد بن وهب عن عبد الله بن مسعود قال: حدثنا رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو الصادق المصدوق (إن أحدكم يجمع خلقه في بطن أمه في أربعين يوما ثم يكون علقة مثل ذلك ثم يكون مضغة مثل ذلك ثم يرسل الله إليه الملك فينفخ فيه الروح ويؤمر بأربع يكتب رزقه وأجله وعمله وشقي وسعيدٌ فوالذي لا إله غيره إن أحدكم ليعمل بعمل أهل الجنة حتى ما يكون بينه وبينها إلا ذراعٌ ثم يسبق عليه الكتاب فيختم له بعمل أهل النار فيدخلها وإن أحدكم ليعمل بعمل أهل النار حتى ما يكون بينه وبينها إلا ذراعٌ ثم يسبق عليه الكتاب فيختم له بعمل أهل الجنة فيدخلها) .

Dari empat kitab hadis tersebut hanya Abu Daud yang meletakan hadis tersebut pada Bab Sunnah, sedangkan Bukhori, Muslim dan Tirmidzi memasukan hadis tersebut pada Bab Qodar.
Dari segi periwayatan, bisa digambarkan pada Tabel berikut ini:
Imam Bukhori Imam Muslim Imam Tirmidzi Imam Abu Daud
Abu Al Walid Abu Bakr bin Abi Syaibah Muhamad bin Abdullah bin al Numair al Mahdany Hunad Hafs bin Amr al Numairy
Syu’bah Abu Muawiyah wa Waki’ Abu Muawiyah Syu’bah
Al Amsy Al Amsy Al Amsy Muahad bin Katsir
Jaid bin Wahab Jaid bin Wahab Jaid bin Wahab Sofyan
Abdullah Abdullah Abdullah bin Mas’ud Al Amsy
Jaid bin Wahab
Abdullah bin Mas’ud
Secara umum redaksi hadis dari ke empat riwayat tersebut relative sama, kecuali beberapa kata pada akhir hadis tersebut. Perbedaan tersebut bias kita lihat pada contoh perbedaan dalam table di bawah ini:
Imam Bukhori Imam Muslim Imam Tirmidzi Imam Abu Daud
ثم يكون في ذلك
، ثم يبعث الله ملكاً فيؤمر بأربعة . ثم يرسل الملك فينفخ فيه الروح. ويؤمر بأربع كلمات
. فوالذي لا إله غيره
أو ذراعين، ، أو قيد ذراع
dll
Imam Tirmidzi menilai hadis ini termasuk hadis hasan dan Shahih .
C. PENJELASAN
Meskipun umumnya para ulama memberikan penjelasan terhadap hadis ini berkaitan dengan taqdir manusia , tetapi hadis ini juga mengandung indikasi karakter dasar manusia, yakni struktur tubuh manusia memiliki proses biologis yang sama. Fase- fase tumbuh kembang manusia sejak janin hingga lahir hingga proyeksi perkembangan setelah kelahiran. Fase- fase tersebut mencakup pembuahan, zygot, dan janin. Pada saat janin terbentuk, maka pada saat yang sama Allah memberikan Ruh ke dalam jasad biologis tersebut yang ketika telah bersatu timbulah potensi fsikologis manusia (nafs/insan) serta proyeksi kehidupan pascanatalis .
Untuk dapat memahami tentang hakikat manusia dalam Islam, kita dapat menelusuri terlebih dahulu beberapa istilah yang digunakan oleh al-Qur’an untuk menunjuk manusia. Ada tiga istilah kunci yang digunakan al-Qur’an untuk menunjuk manusia, yaitu al-insan, al-basyar, dan an-nas .
Kata insan berasal dari kata al-ins, yang dalam bentuk jamaknya adalah anasiy, nas, unasi insiyyu, yang berarti jinak atau lunak. Akan tetapi, dalam al-Qur’an kata- kata tersebut selalu disebut bersamaan dengan kata al-jin —kata yang merupakan lawan— yang berarti buas .
Kata unasi disebut lima kali dalam al-Qur’an (2: 60; 7: 82; 70:160; 17: 71; 27: 56) dan menunjukkan kelompok atau golongan manusia. Dalam Q.S. 2: 60, misalnya, unas digunakan
untuk menunjukkan 12 golongan dalamBani Israil.Surat 17: 21dengan jelas menunjukkan makna ini pada hari kami memangil setiap unas dengan imam mereka.
Kata anasiy hanya disebut satu kali (25: 49). Anasiy adalah bentuk jamak dari insan, dengan mengganti nun atau ya atau boleh juga bentuk jamak dari insiy, seperti kursiy, menjadi karasiy, yang merupakan bentuk lain dari insan . Kata ins disebut 18 kali dalam al-Qur’an dan selalu dihubungkan dengan jin sebagai pasangan makhluk manusia yang mukallaf (6: 112, 128, 130, 7 : 38, 179; 17 : 88, 27: 17; 41:25, 29; 46 :18; 51:56;55:33,39,56,74;72:5,6).
Kata insan disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 65 kali dalam 63 ayat, kata an-nas 241 kali dalam225ayat,kataunasi5kalidalam5ayat,kata anasi dan unsiya masing-masing1kali dalam 1 ayat, basyar 36 kali dalam36 ayat, dan bani Adam7 kali .Kata insan dapat dikelompokkan dalam tiga kategori. Pertama, insan dihubungkan dengan keistimewaannya sebagai khalifah atau pemikul amanah. Kedua, insan dihubungkan dengan predisposisi negatif diri manusia . Ketiga, insane dihubungkan dengan proses penciptaan manusia .
Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa manusia merupakan makhluk yang lunak/jinak, tempat dia memiliki kemampuan untuk adaptif dengan perubahan-perubahan yang terjadi disekitarnya. Sementara itu, kata basyar berasal dari kata basyarah yang berarti permukaan kulit, wajah, dan tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut. al-Bazrah mengartikannya sebagai kulit luar, al- Lais mengartikannya sebagai permukaan kulit pada tubuh manusia. Oleh karena itu, kata mubasyarah diartikan juga sebagai mulamasah —sentuhan kulit laki-laki dan perempuan sehingga sering pula diartikan dengan liwat, jima’,persetubuhan.
Kata basyar disebut 27 kali dalam seluruh ayat tersebut.Kata basyar memberikan referensi pada manusia sebagai makhluk biologis. Lihatlah bagaimana Maryam berkata, “Tuhanku, bagaimana mungkin aku mempunyai anak, padahal aku tidak disentuh basyar (manusia)” .
Dalam ayat yang lain Nabi Muhammad SAW, disuruh Allah menegaskan bahwa secara biologis ia seperti manusia yang lain. “Katakanlah, aku ini manusia biasa (basyar) sepertimu, hanya saja aku diberi wahyu, bahwaTuhan mu ialah Tuhan yang satu” . Dengan demikian, kata basyar selalu dihubungkan dengan sifat-sifat biologis manusia: makan, minum, seks, dan lain-lain .
Dari penjelasan tersebut kita bias melihat bahwa al Quran memberikan isyarat terhadap potensi azasi manusia, yakni potensi biologis (jasmani) dan fsikologis (rohani), yang dapat dirangkum dalam hadis tersebut di atas. Potensi- potensi tersebut dapat teraktualisasi dalam aksi (amal) 2 dimensi, yakni positif dan negative.
D. IMPLIKASI TERHADAP PENDIDIKAN
Berdasarkan asumsi bahwa formulasi manusia terdiri dari unsure biologis dan fsikologis, maka sudah barang tentu pendidikan harus berpijak pada pertimbangan tersebut sehingga pada akhirnya didapat hasil yang optimal. Dengan potensi yang dimilikinya, Allah menempatkan manusia pada posisi yang mulia, tetapi dengan hal yang sama manusia juga dapat menjadi lebih rendah dari binatang. Dari itu sudah seyogyanya pendidikan haruslah mampu mengarahkan dan mengoptimalkan potensi tersebut kea rah yang posotif dan meminimalisasi perkembangan negativitas perilaku sebagai efek dari perkembangan manusia yang salah.
Dari potensi-potensi dasar tersebut juga menunjukkan pada kita akan pentingnya pendidikan untuk mengembangkan dan mengolah sampai di mana titik optimal itu dapat capai. Apalagi kita saksikan kondisi manusia pada waktu dilahirkan di dunia ini, mereka dalam keadaan yang sangat lemah , yang secara tidak langsung membutuhkan pertolongan dari kedua orangtuanya. Tanpa adanya pertolongan dan bimbingan kedua orangtuanya, maka bayi yang lahir dengan bentuk tubuh yang sempurna itu akan mengalami pertumbuhan secara tidak sempurna. Sebagaimana dialami oleh Mr. Singh, ketika menemukan dua orang anak manusia dalam sarang serigala. Kedua anak tersebut diasuh dan dibesarkan oleh serigala sehingga segala gerak gerik, kemampuan, dan tingkah lakunya sangat menyerupai serigala. Demikian halnya anak yang diasuh oleh monyet, maka ia juga akan menyerupai monyet .
Dengan demikian, pendidikan merupakan faktor yang sangat menentukan kepribadian anak, potensi jasmaniah dan rohaniah tidak secara otomatis tumbuh dan berkembang dengan sendirinya, tetapi membutuhkan adanya bimbingan, arahan, dan pendidikan. Oleh karena itu, penulis sependapat dengan ungkapan yang dilontarkan oleh Emmanuel Kant “manusia bisa menjadi manusia karena pendidikan”.

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BIOLOGIS DAN FSIKOLOGIS
Disusun untuk diseminarkan pada mata kuliah Hadis Tarbawy
Disusun Oleh:
Deni Nursamsi
NIM. 0861465

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2009
DAPTAR BACAAN
Al Quran
Abdul Munir Mulkhan
Nalar Spiritual Pendidikan Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002
Abudin Nata
Filsafat Pendidikan Islam Jakarta: Logos Wacana Ilmu,1997
Ancok, Djamaluddin dan Fuat Nashori Suroso
Psikologi Islam: Solusi Islam atas Problem- problem Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1994.
Asy-Syaibany, Omar Muhammad at-Toumy
Falsafah Pendidikan Islam. Terj. Hasan Langgulung. Jakarta:BulanBintang. 1979.
Azyumardi Azra
Esai-esai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, BintangPelajar,TT
Chabib Thoha
Reformulasi Filsafat Pendidikan Islam Yogyakarta: Pustaka Pelajar, l996
Harun Nasution
Aqal dan Wahyu dalam Islam Jakarta: UI Press,l986
Imam al-Ghazali
Ihya’Ulumal-Din (Semarang: Thaha Putra,TT
Imam Barnadib
Filsafat Pendidikan Yogyakarta:AndiOfset,l996
Jalaluddin dan Usman Said
Filsafat Pendidikan Islam (Konsep dan Perkembangan Pemikirannya) (Jakarta: Raja GrafindoPersada,l994
Jalaluddin Rahmat
Sisi Pendidikan Islam, Konsep Peningkatan Sumber Daya Insani, dalam Makalah, 6 Mei, 1993
Maktabah Assamil, ebook
M. Qurashihab
Wawasan al-Qur’an Tafsir Maudlu’I atas pelbagai Persoalan Umat (Bandung, Mizan, l996)
Mastuhu
Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren Jakarta,INIS,l994
Musa Asy’ary, Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam al-Qur‘an (Yogyakarta: Lembaga Studi Filsafat Islam, 1992
Proyek Pembinaan Sarana dan Prasarana PTA/ IAIN,Filsafat Pendidikan Islami(Jakarta:TP, 1983)
Ali Syari’ati
Tugas cendekiawan Muslim, Alih bahasa Salahuddin (Yogyakarta: Salahuddin Press,TT
Syed Sajjad Husain and Syed Ali Asyrof, Crisis in Muslim Education (Jeddah: Hodder and Strughton King Abdul AzizUniversity,1979

Selasa, 23 Maret 2010

konsep pendidikan lingkungan hidup

Wahyu surakusumah's Blog
Home
KEGIATAN
PENELITIAN
PERKULIAHAN
Profil wahyu


August 13, 2009...3:29 am
KONSEP PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP
Jump to Comments
Konsep Pendidikan Lingkungan di Sekolah:
Model Uji Coba Sekolah Berwawasan Lingkungan
Oleh:
Wahyu Surakusumah
Wahyu_bioupi@yahoo.com
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
DAFTAR ISI
Daftar isi……………………………………………………………………………..
1
Pendidikan Lingkungan Hidup……………………………………………….
2
Sejarah Pendidikan Lingkungan Hidup……………………………………
4
1. Perkembangan Pendidikan Lingkungan Hidup di Tingkat Internasional………
4
2. Perkembangan Pendidikan Lingkungan Hidup di tingkat ASEAN………………..
4
3. Perkembangan Pendidikan Lingkungan Hidup di Indonesia………………………
5
Konsep Pendidikan Lingkungan Hidup di sekolah……………………..
9
1. Sekolah Berwawasan Lingkungan…………………………………………………………………………………
10
2. Program Pendidikan Lingkungan hidup…………………………………………………..
20
3. Piloting Sekolah Berwawasan lingkungan…………………………………………………
23
Lampiran……………………………………………………………………………..
26
Pendidikan Lingkungan Hidup
Fenomena perubahan lingkungan pada akhir-akhir ini menjadi suatu kejadian yang menyetak pemikiran kita. Beberapa kejadian musibah yang diakibatkan menurunnya kualitas lingkungan menyebabkan kita berpikir kebelakang dan menghubungkan kejadian tersebut dengan proses pendidikan selama ini. Musibah hutan gundul yang menyebabkan erosi yang mengakibatkan banyak korban dikarenakan longsoran kedaerah pemandian yang ramai pengunjung, permasalahan polusi udara di kota besar dikarenakan banyaknya penggunaan kendaraan bermotor, sikap penduduk yang masih membuang sampah sembarangan dan masih banyak penyimpangan perilaku yang dapat menurunkan kualitas lingkungan.
Permasalahan diatas membuat kita berpikir apakah kepedulian masyarakat akan lingkungan sedang mengalami krisis, apakah selama ini pendidikan yang mengupayakan peningkatan kepedulian masyakat masih kurang atau kurang optimum. Hal tersebut yang menyebabkan kita harus berpikir bagaimana upaya-upaya yang perlu di tempuh agar masyarakat dapat meningkat kepeduliaannya terhadap lingkungan.
Kita sebagai orang yang bergerak dalam dunia pendidikan berupaya melalui bidang yang kita tekuni bagaimana mengatasi permasalahan lingkungan hidup yang dari hari ke hari kualitasnya semakin menurun. Salah satu pemikiran kita adalah bagaimana memberikan pendidikan kepada masyarakat mengenai pendidikan lingkungan hidup. Selama ini pendidikan lingkungan hidup telah dilaksanakan sejak tahun 1975 yang dimulai oleh IKIP Jakarta yaitu dengan membuat Garis-garis Besar Pengajaran dan Pembelajaran (GBPP) di bidang lingkungan hidup untuk pendidikan dasar yang kemudian pada tahun ajaran 1977/1978 dilakukan uji coba di 15 sekolah dasar.
Tindaklanjut perkembangan pendidikan lingkungan hidup yaitu pada tahun 1996 ditetapkan Memorandum Bersama antara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 0142/U/1996 dan No Kep: 89/MENLH/5/1996 tentang Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup, tanggal 21 Mei 1996. Sejalan dengan itu, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Departemen P & K juga terus mendorong pengembangan dan pemantapan pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup di sekolah-sekolah antara lain melalui penataran guru, penggalakkan bulan bakti lingkungan, penyiapan Buku Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) untuk Guru SD, SLTP, SMU dan SMK , program sekolah asri, dan lain-lain. Selain itu, berbagai insiatif dilakukan baik oleh pemerintah, LSM, maupun perguruan tinggi dalam mengembangkan pendidikan lingkungan hidup melalui kegiatan seminar, sararasehan, lokakarya, penataran guru, pengembangan sarana pendidikan seperti penyusunan modul-modul integrasi, buku-buku bacaan dan lain-lain.Walaupun perhatian terhadap langkah-langkah pengembangan pendidikan lingkungan hidup pada satu atau dua tahun terakhir ini semakin meningkat, baik untuk pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah, namun harus diakui bahwa masih banyak hal yang perlu terus selalu diperbaiki agar pendidikan lingkungan hidup dapat lebih memasyarakat secara konsisten dan berkelanjutan. Dengan demikian, kegiatan pendidikan lingkungan hidup yang dilaksanakan mulai jenjang pra sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, hingga pendidikan tinggi melalui berbagai bentuk kegiatan dapat memberikan hasil yang optimal.
Sejarah Pendidikan Lingkungan Hidup di Indonesia
1. Perkembangan Pendidikan Lingkungan Hidup di Tingkat Internasional
Pada tahun 1975, sebuah lokakarya internasional tentang pendidikan lingkungan hidup diadakan di Beograd, Jugoslavia. Pada pertemuan tersebut dihasilkan pernyataan antar negara peserta mengenai pendidikan lingkungan hidup yang dikenal sebagai “The Belgrade Charter – a Global Framework for Environmental Education”.
Secara ringkas tujuan pendidikan lingkungan hidup yang dirumuskan dalam Belgrade Charter tersebut di atas adalah sbb:
Meningkatkan kesadaran dan perhatian terhadap keterkaitan bidang ekonomi, sosial, politik serta ekologi, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.
Memberi kesempatan bagi setiap orang untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan, sikap/perilaku, motivasi dan komitmen, yang diperlukan untuk bekerja secara individu dan kolektif untuk menyelesaikan masalah lingkungan saat ini dan mencegah munculnya masalah baru.
Menciptakan satu kesatuan pola tingkah laku baru bagi individu, kelompok-kelompok dan masyarakat terhadap lingkungan hidup.
2. Perkembangan Pendidikan Lingkungan Hidup di tingkat ASEAN
Program pengembangan pendidikan lingkungan bukan merupakan hal yang baru di lingkup ASEAN. Negara-negara anggota ASEAN telah mengembangkan program dan kegiatannya sejak konferensi internasional pendidikan lingkungan hidup pertama di Belgrade tahun 1975. Sejak dikeluarkannya ASEAN Environmental Education Action Plan 2000-2005, masing-masing negara anggota ASEAN perlu memiliki kerangka kerja untuk pengembangan dan pelaksanaan pendidikan lingkungan. Indonesia sebagai negara anggota ASEAN turut aktif dalam merancang dan melaksanakan ASEAN Environmental Education Action Plan 2000-2005. Pada intinya ASEAN Environmental Education Action Plan 2000 – 2005 ini merupakan tonggak sejarah yang penting dalam upaya kerja sama regional antar sesama negara anggota ASEAN dalam turut meningkatkan pelaksanaan pendidikan lingkungan di masing-masing negara anggota ASEAN.
3. Perkembangan Pendidikan Lingkungan Hidup di Indonesia
Di Indonesia perkembangan penyelenggaraan pendidikan lingkungan dimulai pada tahun 1975 dimana IKIP Jakarta untuk pertama kalinya merintis pengembangan pendidikan lingkungan dengan menyusun Garis-garis Besar Program Pengajaran Pendidikan Lingkungan Hidup yang diujicobakan di 15 Sekolah Dasar Jakarta pada periode tahun 1977/1978.
Pada tahun 1979 dibentuk dan berkembang Pusat Studi Lingkungan (PSL) di berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta. Bersamaan dengan itu pula mulai dikembangkannya pendidikan AMDAL oleh semua PSL di bawah koordinasi Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (Meneg-PPLH). Saat ini jumlah PSL yang menjadi anggota BKPSL telah berkembang menjadi 87 PSL, di samping itu berbagai perguruan tinggi baik negeri maupun swasta mulai mengembangkan dan membentuk program khusus pendidikan lingkungan, misalnya di Jurusan Kehutanan IPB.
Pada jenjang pendidikan dasar dan menegah (menengah umum dan kejuruan), penyampaian mata ajar tentang masalah kependudukan dan lingkungan hidup secara integratif dituangkan dalam sistem kurikulum tahun 1984 dengan memasukkan masalah-masalah kependudukan dan lingkungan hidup ke dalam hampir semua mata pelajaran. Sejak tahun 1989/1990 hingga saat ini berbagai pelatihan tentang lingkungan hidup telah diperkenalkan oleh Departemen Pendidikan Nasional bagi guru-guru SD, SMP dan SMA termasuk Sekolah Kejuruan.
Prakarsa pengembangan pendidikan lingkungan juga dilakukan oleh berbagai LSM. Pada tahun 1996/1997 terbentuk Jaringan Pendidikan Lingkungan (JPL) antara LSM-LSM yang berminat dan menaruh perhatian terhadap pendidikan lingkungan. Hingga tahun 2001 tercatat 76 anggota JPL yang bergerak dalam pengembangan dan pelaksanaan pendidikan lingkungan.
Sehubungan dengan kegiatan pendidikan lingkungan hidup di Indonesia, Kelompok Kerja Pendidikan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Lingkungan Hidup (Pokja PKSDH & L) telah membagi perkembangan kegiatan pendidikan lingkungan hidup di Indonesia ke dalam tiga periode, yaitu :a. Periode 1969-1983 (periode persiapan dan peletakan dasar)Usaha pengembangan pendidikan LH ini tidak bisa dilepaskan dari hasil Konferensi Stockholm pada tahun 1972 yang antara lain menghasilkan rekomendasi dan deklarasi antara lain tentang pentingnya kegiatan pendidikan untuk menciptakan kesadaran masyarakat dalam melestarikan lingkungan hidup. Salah satu kegiatan yang mempelopori pengembangan pendidikan lingkungan hidup di Indonesia dilakukan oleh IKIP Jakarta pada tahun yaitu dengan menyusun Garis-garis Besar Pendidikan dan Pengajaran (GBPP) bidang lingkungan hidup untuk pendidikan dasar. Pada tahun 1977/1978, GBPP tersebut kemudian diujicobakan pada 15 SD di Jakarta. Selain itu penyusunan GBPP untuk pendidikan dasar, beberapa perguruan tinggi juga mulai mengembangkan Pusat Studi Lingkungan (PSL) yang salah satu aktivitas utamanya adalah melaksanakan kursus-kursus mengenai analisis dampak lingkungan (AMDAL). Program studi lingkungan dan konservasi sumberdaya alam di beberapa perguruan tinggi juga mulai dikembangkan.
b. Periode 1983-1993 (periode sosialisasi)Pada periode ini, kegiatan pendidikan lingkungan hidup baik di jalur formal (sekolah) maupun di jalur non formal (luar sekolah) telah semakin berkembang. Pada jalur pendidikan formal, khususnya pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, materi pendidikan yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan konservasi SDA telah diintegrasikan ke dalam kurikulum 1984. Selama periode ini, berbagai pusat studi seperti Pusat Studi Kependudukkan (PSK) dan Pusat Studi Lingkungan (PSL) baik di perguruan tinggi negeri maupun pergurutan tinggi swasta terus bertambah jumlah dan aktivitasnya. Selain itu, program-program studi pada jenjang S1, S2, dan S3 yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup dan sumberdaya alam juga terus berkembang. Bahkan isu dan permasalahan lingkungan hidup telah diarahkan sebagai bagian dari Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) yang harus diterima oleh semua mahasiswa pada semua program studi atau disiplin ilmu.Perhatian terhadap upaya pengembangan pendidikan lingkungan hidup oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan juga terus meningkat, khususnya pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, yaitu dengan terus dimantapkannya program dan aktivitasnya melalui pembentukkan Bagian Proyek KLH sebagai salah satu unit kegiatan di Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen). Pada periode ini sosialiasasi masalah lingkungan hidup juga dilakukan terhadap kalangan administratur negara dengan memasukkan materi kependudukkan dan lingkungan hidup ke dalam kurikulum penjenjangan tingkat Sepada, Sepadya, dan Sespa pada Diklat Lembaga Administrasi Negara (LAN) tahun 1989/1990. Di samping itu, selama periode ini pula banyak LSM serta lembaga nirlaba lainnya yang didirikan dan ikut mengambil peran dalam mendorong terbentuknya kesadaran masyarakat akan pentingnya perilaku ramah lingkungan. Secara keseluruhan, perkembangan kegiatan pendidikan, penyuluhan, dan penyadaran masyarakat di atas tidak saja terjadi di Jakarta tetapi juga di daerah-daerah lainnya.c. Periode 1993 – sekarang (periode pemantapan dan pengembangan)Salah satu hal yang menonjol dalam periode ini adalah ditetapkannya Memorandum Bersama antara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 0142/U/1996 dan No Kep: 89/MENLH/5/1996 tentang Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup, tanggal 21 Mei 1996. Sejalan dengan itu, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Departemen P & K juga terus mendorong pengembangan dan pemantapan pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup di sekolah-sekolah antara lain melalui penataran guru, penggalakkan bulan bakti lingkungan, penyiapan Buku Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) untuk Guru SD, SLTP, SMU dan SMK , program sekolah asri, dan lain-lain. Selain itu, berbagai insiatif dilakukan baik oleh pemerintah, LSM, maupun erguruan tinggi dalam mengembangkan pendidikan lingkungan hidup melalui kegiatan seminar, sararasehan, lokakarya, penataran guru, pengembangan sarana pendidikan seperti penyusunan modul-modul integrasi, buku-buku bacaan dan lain-lain.Walaupun perhatian terhadap langkah-langkah pengembangan pendidikan lingkungan hidup pada satu atau dua tahun terakhir ini semakin meningkat, baik untuk pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah, namun harus diakui bahwa masih banyak hal yang perlu terus selalu diperbaiki agar pendidikan lingkungan hidup dapat lebih memasyarakat secara konsisten dan berkelanjutan. Dengan demikian, kegiatan pendidikan lingkungan hidup yang dilaksanakan mulai jenjang pra sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, hingga pendidikan tinggi melalui berbagai bentuk kegiatan dapat memberikan hasil yang optimal.Konsep Pendidikan Lingkungan Hidup di sekolah
Ada suatu pertanyaan yang kadang kita pikirkan. kapankah pendidikan lingkungan harus kita berikan? Secara rasional ada dua alasan utama mengapa pendidikan lingkungan harus diberikan secara dini: Pertama anak-anak harus mengembangkan rasa mencintai lingkungan hidup pada usia yang dini, diharapkan dengan pengembangan perasaan tersebut secara dini maka perkembangan rasa tersebut akan tertanam dengan baik. Kedua Interaksi dengan lingkungan hidup merupakan bagian penting dari perkembangan kehidupan anak yang sehat dan interaksi tersebut dapat mendorong kemampuan belajar dan kualitas hidup anak kedepan.
Berdasarkan definisi, pendidikan lingkungan merupakan suatu proses yang bertujuan membentuk perilaku, nilai dan kebiasaan untuk menghargai lingkungan hidup. Dengan definisi diatas kita dapat menyimpulkan bahwa pendidikan lingkungan hidup harus diberikan sejak dini kepada anak-anak kita, dan yang paling penting pendidikan lingkungan hidup harus berdasarkan pengalaman langsung bersentuhan dengan lingkungan hidup sehingga diharapkan pengalaman langsung tersebut dapat membentuk perilaku, nilai dan kebiasaan untuk menghargai lingkungan.
Bila kita potret anak-anak sekarang cenderung memiliki kesempatan yang sangat terbatas bersentuhan langsung dengan lingkungan hidup, kita bisa lihat anak-anak kita seolah-olah mempunyai dunia sendiri, ketika mereka beristirahat mereka ada di rumah asyik menonton TV, ketika berrekreasi lebih senang berada di mall dengan berbagai macam permainan, ketika pergi kesekolah mereka naik kendara , ketika di sekolah mereka cenderung ada di dalam kelas sehingga anak-anak tersebut terisolasi. Dengan melihat kondisi tersebut anak-anak sangat kritis dalam hal bersentuhan langsung dengan lingkungan hidup dan hal tersebut dapat menyebabkan pengaruh negative terhadap perkembangan perilaku dan kebiasaan untuk memandang lingkungan hidup sebagai hal yang perlu dipelihara dan dipertahankan keberadaannya.
Di Indonesia pendidikan lingkungan hidup selama ini belum mendapat tempat yang baik. Pendidikan lingkungan hidup yang dilakukan lebih dominan dalam kegiatan pendidikan non formal sedangkan pada pendidikan formal belum mendapatkan tempat yang layak. Permasalahan yang muncul memasukan pendidikan lingkungan hidup di sekolah adalah belum adanya model yang bisa di terapkan dalam rangka tersebut Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Pendidikan Indonesia Mengembangkan model pendidikan lingkungan hidup di sekolah.
Model pendidikan lingkungan hidup di sekolah yang dikembangkan terdiri dari meknisme manajemen/pengelolaan implementasi pendidikan lingkungan hidup dan mekanisme implementasi program pendidikan lingkungan hidup.
1. Sekolah Berwawasan Lingkungan
Sekolah berwawasan lingkungan adalah sebutan bagi sekolah yang menjadikan pendidikan lingkungan merupakan salah satu misi dalam mencapai tujuan sekolah. Program pendidikan lingkungan ini memberikan atmosfir di sekolah sehingga setiap saat ketika siswa berada dalam lingkungan sekolah, siswa selalu bersentuhan dengan program ini. Jadi pendidikan lingkungan hidup sudah terintegrasi ke dalam program sekolah.
Siswa selalu bersentuhan dengan pendidikan lingkungan hidup ketika di kelas, pada kegiatan ekstrakurikuler dan pada saat istirahat. Diharapkan dengan terintegrasinya pendidikan lingkungan hidup ini kedalam program sekolah menjadi proses pembiasaan sehingga diharapkan adanya pengembangan perilaku, sikap dari siswa untuk menghargai, mencintai dan memelihara lingkungan hidup yang di bawa sikap tersebut menjadi kebiasaan sehari-hari.
Ketika program pendidikan lingkungan hidup di sekolah akan dimulai maka perlu dikembangkan suatu sistem yang dapat mengatur program ini. Sistem yang di kembangkan diharapkan dapat mengembangkan tingkat kepedulian siswa terhadap lingkungan, oleh karena itu sistem yang dibangun harus dapat melibatkan berbagai unsur sehingga program ini dirasakan menjadi milik seluruh warga sekolah.
Untuk mengembangkan sistem seperti diatas maka diperlukan tahapan dalam pelaksanaan program tersebut, adapu tahapannya seperti pada Gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1. Tahapan pelaksanaan program pendidikan lingkungan hidup
Tahapan yang di gambarkan diatas adalah langkah-langkah untuk melaksanakan program pendidikan lingkungan hidup di sekolah. Pada gambar ) ada 6 (enam) tahapan yang perlu dilaksanakan. Dalam melaksanakan tahapan diatas sangat ideal apabila dilaksanakan secara berurut dan tahap selanjutnya dilaksanakan apabila tahapan sebelumnya sudah berjalan stabil.
Tahap pertama: Pembentukan komite lingkungan sekolah
Salah satu tujuan dari sekolah berwawasan lingkungan adalah meningkatkan kepedulian warga sekolah terhadap lingkungan. Dalam rangka melibatkan partisipasi aktif dari seluruh warga dan menimbulkan rasa memiliki program pendidikan lingkungan maka untuk mengakomadasi hal tersebut sebagai langkah pertama adalah pembentukan komite sekolah.
Komite lingkungan sekolah mempunyai peranan sebagai: (1) Penjamin semua warga sekolah (termasuk murid) merasa terwakili untuk mebuat keputusan dalam proses implementasi program; (2) Untuk mendorong semua warga sekolah peduli terhadap eksistensi program; (3) menjamin bahwa program di dukung oleh manajemen sekolah; dan (4) sebagai media untuk berhubungan atau melibatkan komunitas di luar sekolah dalam menjalan program ini.
Komite lingkungan sekolah merupakan suatu badan yang mewakili seluruh warga sekolah, oleh karena itu anggota komite lingkungan sekolah yang ideal terdiri dari : Yayasan/dewan sekolah, kepala sekolah, guru, Siswa, Staf bukan guru, dan orang tua. Bentuk komite lingkungan sekolah sangat fleksibel tergantung kondisi sekolah. Komite lingkungan dapat dibagi menjadi beberapa sub komite yang bertanggung jawab terhadap program tertentu.
Keterwakilan siswa dalam komite lingkungan merupakan salah satu faktor penting berhasilnya program pendidikan lingkungan tersebut. Keterwakilan siswa dalam komite lingkungan dapat dilakukan dalam beberapa cara antara memilih perwakilan dari setiap kelas untuk menjadi anggota komite. Pemilhan wakil setiap kelas lebih baik dilakukan dengan cara pemilihan dimana siswa yang bersedia duduk mewakili kelasnya harus memberikan pidato/presentasi mengenai apa yang akan dilakukan sebagai wakil kelas dalam komite lingkungan.
b. Tahap kedua: membuat misi lingkungan sekolah.
Misi lingkungan sekolah adalah suatu pernyataan yang jelas tentang harapan atau komitmen sekolah untuk meningkatkan kualitas lingkungan sekolah dan terciptanya budaya peduli terhadap lingkungan. Misi lingkungan bisa dibuat berupa kalimat/pernyataan atau bisa juga dibuat seperti bait-bait syair sajak.
Dalam pembuatan misi lingkungan sekolah keterwakilan siswa sangat penting kaena dengan melibatkan siswa dalam pembuatan misi lingkungan akan meningkatkan motivasi dan rasa bertanggung jawab untuk mewujudkan apa yang terdapat dalam misi lingkungan sekolah. Misi lingkungan sekolah harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
(1) Harus realistis
(2) Merupakan kesepakatan semua komponen komite lingkungan sekolah
(3) Dilandasi berdasarkan kondisi lingkungan awal sekolah, isu lingkungan terkini dan cita-cita
(4) Jelas
(5) Dapat dielaborasi menjadi operasional
c. Tahap ketiga : membuat action Plan
Action plan merupakan inti dari program pendidikan lingkungan. Action plan harus dibuat mengacu kepada review kondisi lingkungan awal sekolah. Dari hasil review lingkungan awal sekolah kita mendapatkan aspek-aspek apa saja yang perlu ditingkatkan dan kemudian dibuat target apa saja yang harus di capai. Penentuan target harus realistic, berarti target tersebut bisa di capai karena dengan menargetkan yang sulit atau terlalu ambisius sehingga tidak tercapai dapat mengakibatkan demotivasi siswa dalam melaksanakan program tersebut. Didalam action plan perlu juga ditetapkan targetakan untuk jangka pendek, medium dan panjang.
Gambar 2. Tahapan pembuatan action plan
Pembuatan action plan dapat dilakukan melalui tahapan seperti pada Gambar 2. Tahapan diatas tersebut merupakan tahapan untuk membuat rencana pengembangan sekolah (RPS). Program pendidikan lingkungan hidup di sekolah merupakan bagian dari program sekolah sehingga dalam pembuatan action plan pendidikan lingkungan merupakan satu kesatuan dengan pengembangan sekolah. Adapun tahapan diatas adalah sebagai berikut:
(1) Penentuan visi dan misi sekolah
Visi sekolah adalah kondisi ideal sekolah yang dicita citakan, sedangkan misi sekolah adalah penerjemahan visi yang sifatnya lebih operasional dan lebih rinci. Salah satu misi tersebut adalah misi lingkungan sekolah yang telah dirumuskan oleh komite lingkungan sekolah.
(2). Tujuan Sekolah
Tujuan sekolah adalah harapan yang ingin dicapai dalam waktu 1 (satu) tahun yang merupakan elaborasi dari misi yang telah dibuat. Tujuan sekolah relative lebih operasional dibandingkan dengan misi.
(3) Tantangan nyata
Tantangan nyata adalah selisih antara tujuan yang ingin dicapai dengan kondisi awal sekolah. Action plan program pendidikan lingkungan adalah yang menjembatani kondisi lingkungan awal dan kondisi yang dicita-citakan dalam tujuan.
(4) Sasaran
Dari hasil pemetaan kesenjangan kondisi awal lingkungan dengan apa yang dicita-citakan (tantangan nyata) maka untuk mencapai kondisi tersebut perlu ditetapkan sasaran yang perlu dicapai.
(5) Identifikasi fungsi
Setelah sasaran di tentukan,maka perlu di identifikasi sumber daya yang di perlukan untuk pencapaian tersebut apa bila sumber daya tersebut ada merupakan dampak positif akan tetapi apa bila belum ada /belum terpenuhi maka perlu di cari bagaimana cara memenuhinya. Sumber daya yang dimaksud adalah semua komponen (manusia, sarana prasarana, dll) yang mendukung pencapaian sasaran.
(6) Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah suatu analisis untuk melihat kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman (Strengh, Weakness, Opportunity, and Threat) untuk pencapaian sasaran yang telah di tetapkan. Dengan analisis ini dapat diidentifikasi ke empat komponen tadi.
(7) Alternatif Pemecahan masalah
Dari hasil analisis SWOT didapatkan hasil identifikasi kempat komponen yaitu kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman. Dari hasil identifikasi tersebut maka dibuat alternatif pemecahan masalah untuk setiap sasaran.
(8) Rencana program dan anggaran
Daftar alternatif setiap sasaran yang dihasilkan pada tahap 7 (tujuh) merupakan bahan untuk pembuatan rencana program/action plan program pendidikan lingkungan. Dari daftar alternatif tersebut dicari alternatif pemecahan masalah yang mana yang paling optimum untuk dilakukan. Alternatif pemecahan yang paling optimumlah yang digunakans ebagai action plan program pendidikan lingkungan. Setelah mendapatkan program-program pendidikan lingkungan kemudian diterjemahkan lagi secara detail menjadi rencana program. Rencana program adalah langkah-langkah pelaksanaan program. Langkah pelaksanaan program kemudian digunakan untuk membuat anggaran pelaksanaan action plan.
Tahap ke empat: Monitoring program dan evaluasi kemajuan.
Untuk mengetahui apakah program yang dilaksanakan sudah berhasil atau sudah mencpai target yang telah ditetapkan dalam action plan, maka harus dilakukan monitoring program dan evaluasi kemajuan. Kegiatan monitoring dan evaluasi selain untuk melihat kemajuan juga dapat untuk mendeteksi perlu tidaknya perubahan pelaksanaan. Kegiatan monitoring yang berkelanjutan akan memasikan program berjalan dengan baik.
Metode monitoring yang digunakan tergantung dari area yang akan dilihat dan kemampuan siswa untuk melaksanakan monitoring. Sebagai contoh memeriksa meteran air atau listrik, menghitung tagihan air atau listrik, dll. Metode yang lebih komplek misalnya dengan membuat kuesioner, wawancara, dll.
Dalam kegiatan monitoring sangat penting siswa diberikan peranan. Dengan memberikan peranan kepada siswa diharapkan mereka berlatih bertanggung jawab dan secara tindak langsung dapat meningkatkan rasa memiliki terhadap program yang sedang dilaksanakan.
Tahap kelima: Integrasi program kedalam kurikulum
Integrasi pendidikan kedalam kurikulum dapat meningkatkan pencapaian tujuan pendidikan lingkungan hidup di sekolah. Pengintegrasian pendidikan lingkungan hidup kedalam kurikulum sifatnya fleksibel. Pengintegrasian bukan bersifat menyeluruh akan tetapi bisa dilakukan secara parsial atau dijadikan topik saja tanpa mengurangi makna dari tujuan proses pembelajaran setiap mata pelajaran.
Sebagai contoh bagaimana mengintegrasikan pendidikan lingkungan hidup kedalam beberap mata pelajaran adalah sebagai berikut:
(1) Mata pelajaran Bahasa Inggris:
Presentasi pada audien seperti teman sekelas, orang tua mengenai topik lingkungan.
Diskusi membahas topik lingkungan, yang diharapkan mengugah opini, dan perubahan perilaku terhadap lingkungan.
Membuat tulisan berupa karangan, laporan liputan atau postertentang lingkungan hidup.
(2) Mata Pelajaran Matematika
Mendesain kuesioner untuk survey lingkungan
Mempelajaran angka ketika membaca meteran listrik atau air
(3) Mata pelajaran Ilmu pengetahuan Alam
Melakukan observasi dan pengukuran lingkungan
Mempelajari habitat dan distibusi organisme di lingkungan
Membuat produk dengan barang daur ulang
Belajar mengenai sumber daya yang terperbaharui dan yang tidak terperbaharui.
Belajar mengenai transfer dan konversi energi
(4) Mata Pelajaran Pendidikan Teknologi Dasar
Mendesain dan membuat produk dari bahan daur ulang
Mendesain tempat bermain ideal
Mempelajari pencemaran yang diakibatkan teknologi
(5) Mata pelajaran Komputer
Membuat spreadsheet dan menggunakanya untuk menghitung data hasil survey program lingkungan sekolah
Membuat grafik dan mempublikasikan hasil survey program lingkungan sekolah.
(6) Mata pelajaran sejarah
Mempertimbangkan dampak perubahan lingkungan terhadap kesehatan berdasarkan waktu peride sejarah yang berbeda
Menggunakan foto, dokumen atau presntasi mengenai bagaimana perugahan lingkungan sekolah dari waktu ke waktu.
(7) Mata pelajaran geograpi
Mempertimbangkan bagaimana isu pembangunan yang berkelanjutan dapat digunakan pada perencanaan sekolah.
Mempelajari dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan
(8) Mata pelajaran Keterampilan
Membuat patung dari bahan kertas bekas
Membuat poster atau leaflet untuk kampanye lingkungan
(9) Mata pelajaran Pendidikan kewarganegaraan
Partisipasi dalam aktivitas program pendidikan lingkungan dan keuntungannya bagi sekolah dan masyarakat
Mengunakan isu lingkungan sebagai bahan untuk kegiatan debat
Belajar demokrasi pada saat pemilihan wakil kelas di komite lingkungan sekolah
(10) Mata pelajaran pendidikan jasmani
Belajar mengenai cara hidup sehat
Peningkatan kemampuan kerja sama
Tahap ke enam : kemitraan dengan komunitas luar
Salah satu tujuan dari pendidikan lingkungan hidup adalah meningkatankan kepedulian terhadap lingkungan, termasuk tidak hanya komunitas sekolah juga komunitas di luar sekolah yang berhubungan langsung dengan sekolah. Kegiatan dalam rangka melibatkan komunitas lain adalah bisa dengan cara mengadakan aksi hari lingkungan yang diselenggarakan di sekolah atau diluar sekolah dengan melibatkan komunitas sekolah dan diluar sekolah yang ada hubungan langsung misalnya orang tua, dinas pendidikan setempat, pengamat lingkungan, kalangan industri, dll. Pada kegiatan tersebut dapat dijadikan ajang sosialisasi program sekolah berwawasan lingkungan dan membuat kemitraan dengan komunitas di luar sekolah.
Program Pendidikan Lingkungan disekolah.
Misi dari pendidikan lingkungan yaitu meningkatan rasa kepedulian, memberikan prespektif baru, nilai, pengetahuan, keterampilan dan proses yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku dan kebiasaan yang mendukung pelestarian lingkungan hidup. Sesuai dengan misi diatas maka pelaksanaan program pendidikan lingkungan hidup di sekolah harus memberikan atmosfir kepada siswa, sehingga ketika siswa berada di sekolah siswa selalu bersentuhan dengan pendidikan lingkungan hidup.
Untuk mencapai kondisi seperti diatas maka pendidikan lingkungan harus berada atau bersama-sama dengan progam-program yang diikuti oleh siswa. Bila kita lihat kegiatan siswa disekolah, maka kegiatan siswa terdiri dari kegiatan di kelas, Kegiatan istirahat dan kegiatan ekstrakurikuler. Oleh karena itu pendidikan lingkungan pun harus berada dalam program-program pada tiga kegiatan siswa.
Pendidikan lingkungan terintegrasi pada kegiatan intrakurikuler
Kegiatan intrakurikuler adalah kegiatan belajar siswa di kelas yang mengacu kepada kurikulum. Sebagai strategi mengembangkan atmosfir lingkungan hidup maka perlu mengintegrasikan pendidikan lingkungan hidup dalam kegiatan intra kurikuler. Integrasi pendidikan lingkungan hidup pada kegiatan intra kurikuler adalah integrasi pendidikan lingkungan kepada kurikulum. Mekanismenya telah dijelaskan pada bagian tahapan integrasi pendidikan lingkungan kedalam kurikulum.
Integrasi pendidikan lingkungan hidup kepada kurikulum merupakan penyisipan area, topik atau isu yang dibahas dalam mata pelajaran. Selain diintegrasikan pada mata pelajaran yang sudah ada bisa saja pendidikan lingkungan hidup ini dijadikan salah satu mata pelajaran muatan lokal( adapun materinya bisa dikembangkan atau mengacu pada domain pendidikan lingkungan hidup pada lampiran).
Pendidikan lingkungan terintergasi pada program sekolah
program sekolah disini adalah program, kegiatan atau aturan yang dibuat sekolah selain kegiatan intra dan ekstra kurikuler. Misalnya peraturan kelas bersih, kegiatan operasi semut setiap hari jumat, Penghematan air dan listrik, Penghijauan sekolah dll. Program sekolah ini dibuat untuk memelihara lingkungan sekolah dan sekaligus sebagai
pendidikan praktis bagi anak untuk meningkatakan kepedualian terhadap lingkungan. Diharapkan dengan pelaksanaan program secara konsisten ada proses pembiasaan bagi siswa dan diharapkan bersamaan dengan proses tesebut dapat meningkatkan dan terjadi akselerasi perubahan sikap kepedulian siswa terhdap lingkungan.
Pendidikan lingkungan sebagai kegiatan ekstrakurikuler
Pendidikan lingkungan hidup dapat juga dikemas dalam kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan-kegiatan tersebut bisa berupa Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), Pencinta Alam (PA), Pramuka, atau kegiatan ekstrakurikule yang khusus seperti out bound, Pelatihan penelitian lapangan dll.
Piloting Sekolah Berwawasan lingkungan
Sebagai tindak lanjut dalam pengembangan pendidikan lingkungan hidup di sekolah maka perlu dikembangakan sekolah uji coba sebagai model sekolah berwawasan lingkungan. Adapun langkah-langkah pelaksanan piloting adalah sebagai berikut:
Sosialisasi Konsep pendidikan Lingkungan hidup
Kegiatan ini berupa kegiatan seminar atau workshop dengan sekolah dan dinas pendidikan kab/kota atau propinsi. Tujuan dari kegiatan sosialisasi adalah menybarluaskan informasi mengenai konsep pendidikan lingkungan hidup. Maksud lain dari kegiatan sosialisasi adalah mencari masukan untuk program implementasi sekolah berwawasan lingkungan di daeran serta mengidentifikasi sekolah yang berpotensial untuk dijadikan sekolah uji coba.
b. Pemilihan sekolah uji coba
Sekolah uji coba adalah sekolah yang bepotensi untuk melaksanakan program pendidikan lingkungan hidup. Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk meseleksi sekolah yang akan dijadikan uji coba sekolah berwawasan lingkungan, akan tetapi yang paling utama adalah stake holders sekolah mendukung pelaksanaan program pendidikan lingkungan.
Pelatihan Guru dan kepala sekolah
Dalam rangka membekali pelaksana program dilapangan, perlu sekali dilaksanakan pelatihan bagi kepala sekolah dan guru untuk membekali pengetahuan dan keterampilan impelemntasi pendidikan lingkungan hidup di sekolah. Pelatihan guru dan kepala sekolah dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu tahun pertama memberikan pelatihan tentang konsep pendidikan lingkungan hidup, sekolah berwawasan lingkungan dan program kegiatan yang harus dilaksanakan. Pada tahun pertama kegiatan yang harus dilaksanakan adalah tahap 1 sampai dengan tahap 4 pada gambar ). Pada tahun kedua pelatihan mengenai pengintegrasian pendidikan lingkungan hidup kedalam kurikulum, dan tahun ketiga pelatihan tentang kemitraan dengan komunitas diluar sekolah.
Pemberian grant bagi sekolah model
Grant diberikan kepada sekolah model bertujuan sebagai subsidi bagi pelaksanaan uji coba sekolah berwawasan lingkungan. Grant ini diperuntukan untuk subsidi pembiayaan program.
Supervisi klinis
Supervisi klinis adalah kegiatan monitoring yang bertujuan melihat progress program dan memberikan asistensi apabila ada permasalahan pelaksanaan program dilapangan. Supervisi klinis minimal dilaksanakan 3 (tiga) kali dalam satu tahun yaitu pada tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi akhir tahun.
Pelaporan Hasil uji coba sekolah model
Pelaksanaan pelaporan hasil uji coba di buat setiap akhir tahun pelaksanaan program.laporan ini sebagai bentuk pertanggung jawaban dan progress report kemajuan pelaksanaan program. Pada tahun ketiga akan dibuat pelaporan akhir sekaligus evaluasi dampak pelaksanaan program terhadap tujuan pendidikan lingkungan hidup yaitu perubahan pengetahuan, nilai, pandangan dan perilaku yang peduli terhadap lingkungan.Laporan akhir dapat digunakan sebagai bahan kebijakan apakah sekolah model ini diperluas atau tidak.
Informasi Lebih Lanjut:
Wahyu Surakusumah, S.Si, MT
Laboratorium Ekologi
Jurusan Pendidikan Biologi- FPMIPA
Universitas Pendidikan Indonesia
Jl Setia Budhi No 229 Bandung
Telp/fax: 022 2001937
Email : wahyu_bioupi@yahoo.com
HP: 08156027301
Lampiran:
U P I
Jurusan Pendidikan Biologi
DESAIN KURIKULUM PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP
Program Sekolah berwawasan lingkungan merupakan program pendidikan lingkungan hidup yang komprehensif yaitu dengan menjadikan issue lingkungan hidup sebagai issue yang terintegrasi dalam program sekolah sehari-hari. Dalam rangka memberikan panduan dalam pengembangan program tersebut maka perlu dikembangkan ruang lingkup materi program tersebut.
Program sekolah berwawasan lingkungan meliputi program intrakurikuler, ekstrakurikuler dan pengembangan sekolah. Program-program tersebut merupakan program pilihan yang bisa dilaksanakan seluruhnya atau sebagian. Ruang lingkup materi yang dikembangkan tentunya disesuaikan dengan 3 jenis program di atas.
Program Intrakurikuler:
Program intrakurikuler terdiri dari: (1) Integrasi pendidikan lingkungan hidup kedalam kurikulum yang digunakan pada setiap mata pelajaran, (2) Pendidikan lingkungan hidup sebagai muatan lokal. Desain kurikulum pendidikan lingkungan hidup harus mengacu kepada pendekatan integratif inovasi pembelajaran. Dalam kerangka pengembangan kurilukulum tersebut perlu dikembangkan domain-domain yang memberikan pembatasan atau ruang lingkup pengembangan materi. Ada pun domainnya adalah sebagai berikut:
Domain A: Lingkungan dan masyarakat
Issue lingkungan di kehidupan sehari-hari
Siswa diharapkan dapat memahami hubungan antara perubahan masyarakat dengan perkembangan lingkungan hidup melalui penelitian sederhana.
Kompetensi :
Siswa dapat menjelaskan perubahan masyarakat yang terjadi di kehidupan sehari-hari dan konsekuensi perubahan kondisi lingkungan hidup, baik secara positif atau negatif lingkungan.
Dapat mengidentifikasi perilaku ramah.
Dapat memberikan pendapatan mengenai perubahan masyarakat dan lingkungan hidup berdasarkan argumen yang inklusif secara norma maupun nilai.
Dapat membedakan antara fakta, pendapat, penyebab, dan dampak.
Industri dan teknologi
Siswa diharapkan dapat menjelaskan prinsip pengaruh teknologi dan industri terhadap perubahan lingkungan hidup berdasarkan observasi di lapangan.
Kompetensi:
Siswa dapat membedakan teknologi yang berdampak negatif atau positif terhadap lingkungan hidup.
Dapat memberikan pendapatan tentang proses pencemaran lingkungan yang di akibatkan oleh industri berdasarkan penelitian sederhana.
Dapat menjelaskan proses-proses teknologi sederhana yang dapat mengurangi pencemaran lingkungan hidup.
Dapat mengidentifikasi produk ramah lingkungan.
Profesi
Siswa diharapkan dapat menjelaskan profesi yang berhubungan dengan pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan pencarian informasi atau observasi sederhana.
Kompetensi:
Siswa dapat mengidentifikasi profesi-profesi yang berhubungan dengan pengelolaan lingkungan hidup.
Dapat menjelaskan deskripsi kerja sederhana profesi yang berhubungan dengan lingkungan hidup.
Dapat menjelaskan prinsip-prinsip keselamatan kerja dari profesi yang berhubungan dengan lingkungan hidup.
Dapat menjelaskan kualifikasi profesi yang berhubungan dengan lingkungan hidup dengan cara observasi sederhana.
Domain B: Sumber daya alam
Jenis sumber daya alam
Siswa dapat membedakan sumber daya alam yang dapat terperbaharui dan tidak dapat terperbaharui.
Dapat menjelaskan fungsi dari sumber daya alam
Pengelolaan lingkungan hidup
Siswa dapat memahami proses-proses pengelolaan lingkungan hidup
Dapat merencanakan pengelolaan lingkungan hidup di tingkat sekolah
Dapat membandingkan beberapa macam cara pengelolaan lingkungan hidup.
Dapat memberikan pendapat tentang suatu issue lingkungan hidup berdasarkan penelitian sederhana.
Domain C: Desain program pengelolaan lingkungan hidup
Siswa dapat membuat desain untuk memecahkan permasalahan sederhana.
Dapat merencanakan program sederhana tentang pengelolaan lingkungan hidup.
Dapat melakukan pengeukuran sederhana indikator pengelolaan lingkungan hidup.
Dapat mengevaluasi desain program yang telah dibuat.
Domain-domain yang dikembangkan dalam program intrakurikuler ini bertujuan mengembangkan kecakapan hidup terutama generic skill seperti:
Pembelajaran siswa melalui investigasi secara mandiri.
Belajar mengumpulkan informasi
Mampu bekerja sama
Belajar memformulasikan dan mengekspresikan pendapat.
mengenal profesi yang berhubungan dengan lingkungan hidup.
Dari generik skill yang dikembangkan diharapkan muncul:
Perilaku siswa yang peduli terhadap lingkungan hidup
Kecakapan komunikasi
Belajar mandiri
kecakapan mencari informasi
learning by doing
mampu bekerja sama.
Program ekstrakurikuler:
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu dari program sekolah berwawasan lingkungan yang menjadi target dalam rangka pendidikan lingkungan hidup di sekolah. Ruang lingkup atau kurikulum pembelajaran pendidikan lingkungan hidup pada program ekstra kurikuler bisa menggunakan desain kurikulum sama seperti untuk program intrakurikuler, akan tetapi dalam program ekstrakurikuler lebih baik dibuat berupa program-program yang disesuaikan dengan kegiatan ektra kurikuler itu sendiri.
Program pengembangan sekolah:
Program pengembangan sekolah merupakan program yang dikembangkan oleh komite lingkungan sekolah yang implementasinya melibatkan seluruh stake holder sekolah. Dibawah ini adalah program program yang dapat dikembangkan :
Program pengehematan sumber daya.
Program ini merupakan program penghematan sember daya yang ada di sekolah seperti penggunaan air, listrik, kertas dll.
Minimisasi pencemaran
Program ini adalah program yang bertujuan untuk mengurangi pencemaran di sekolah seperti mengurangi sampah disekolah, seperti melakukan pemisahan sampah organik dan non organik, sampah kertas di daur ulang dijadikan kerajinan tangan, dll.
Berkebun
Pendidikan lingkungan hidup
dll.